Cadangan
minyak dan gas bumi mengandung pengertian dinamis. Di satu pihak besarnya
cadangan bertambah dari waktu ke waktu karena adanya tambahan cadangan dan
penemuan baru dan juga sebagai hasil dari kegiatan "enhanced oil
recovery" (EOR). Di lain pihak, pengurangan cadangan terjadi sejalan
dengan laju produksi. Hasil-hasil yang dicapai dalam kegiatan eksplorasi dan
EOR selama Repelita IV mengakibatkan adanya peningkatan, sehingga cadangan
sumber daya minyak bumi yang tersedia dewasa ini diperkirakan mencapai sebesar
50 milyar barrel, tersimpan di dalam 60 cekungan, sedangkan cadangan gas bumi
yang terbukti dan potensial dewasa ini diperkirakan sebesar 97 trilyun standar
kaki kubic (TSCF).
Penurunan
produksi dan ekspor minyak bumi yang terjadi pada tahun 1986/87 dan berlanjut
pada tahun 1988/89, disebabkan oleh adanya pembatasan kuota oleh OPEC terhadap
produksi minyak anggota-anggotanya sebagai akibat kelesuan pasaran minyak bumi
internasional. Apabila pada awal Repelita IV produksi minyak bumi dan
kondensat mencapai 532,2 juta barrel, atau rata-rata
1,45 juta barrel per hari, maka pada. akhir Repelita IV produksi minyak bumi dan kondensat Indonesia diperkirakan hanya
sebesar 511,0 juta barrel, atau rata-rata 1,4 juta barrel per hari.
Masalah utama
yang dihadapi selama Repelita IV adalah keadaan pasar minyak bumi yang tidak
menentu. Keadaan ini mengakibatkan antara lain turunnya volume ekspor minyak
bumi dan kondensat. Apabila pada awal
Repelita IV volume ekspor mencapai 343,6 juta barrel, maka pada akhir tahun Repelita
IV, volume ekspor diperkirakan hanya mencapai 276,3 juta barrel.
Kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri selama Repelita IV menunjukkan peningkatan
yang berarti. Apabila kebutuhan BBM dalam negeri tahun 1984/85 adalah sebesar 25,6 juta kiloliter, maka dalam tahun terakhir
Repelita IV kebutuhan tersebut diperkirakan mencapai jumlah 27,9 juta
kiloliter. Pemasaran atau distribusi gas minyak cair (LPG) dalam negeri selama
Repelita IV juga mengalami kenaikan yang tajam. Jumlah pemasaran LPG di dalam
negeri dalam tahun pertama Repelita IV adalah
117,6 ribu ton dan dalam tahun terakhir Repelita IV diperkirakan mencapai 288,0
ribu ton.
Produksi gas bumi selama Repelita IV
mengalami kenaikan rata-rata 3,9% setiap tahun, yaitu dari 4.241 juta kaki
kubik per hari (MMSCFD) pada tahun
1984/85 menjadi 4.931 MMSCFD pada
akhir Repelita IV.
Sesuai dengan peningkatan produksinya pemanfaatan gas
bumi mengalami peningkatan yang cukup berarti. Apabila pemanfaatan
gas bumi pada tahun pertama Repelita IV adalah sebesar 1,4 trilyun standar kaki
kubik (TSCF), maka pemanfaatan gas bumi pada tahun terakhir Repelita IV diduga
mencapai 1,6 trilyun standar kaki kubik
(TSCF).
Selama Repelita IV gas bumi dipergunakan sebagai bahan baku oleh pabrik besi baja dan pabrik pupuk,
sebagai sumber energi oleh pabrik semen, pusat pembangkit tenaga listrik, kilang minyak dan gas kota serta sebagai
sumber bahan baku
dan energi oleh kilang
gas alam cair (LNG) dan kilang gas minyak cair (LPG).
Pemanfaatan
gas bumi berupa LNG dan LPG meningkat dengan peningkatan kapasitas kilang LNG
Arun (Aceh) dari 5 train menjadi 6 train dan kilang
LNG Badak (Kalimantan Timur) dari 4 train menjadi 5 train. Train ke-6 kilang LNG Arun telah selesai dibangun dan beroperasi pada akhir
tahun 1986, sedang- kan train ke-5 kilang LNG Badak diperkirakan akan
berproduksi pada awal Repelita V. Pada akhir Repelita IV potensi produksi
kilang LNG sebagai hasil peningkatan efisiensi kilang
diperkirakan mencapai 20 juta ton per tahun.
Eksplorasi panas bumi yang dilakukan sampai
tahun terakhir Repelita IV sudah menghasilkan sebanyak 58 sumur. Potensi
sumber daya panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 Mega Watt
electric (MWe), sedangkan yang sudah dikembangkan dalam bentuk pusat
pembangkit tenaga listrik baru sebesar 142,25 MW.
Dengan selesainya pusat listrik tenaga
panas bumi (PLTP) Kamojang unit 2 dan 3 (2 x 55 MW) pada tahun 1987/88, maka
penggunaan uap untuk PLTP meningkat dengan tajam. Apabila penggunaan uap panas
bumi pada awal Repelita IV baru sekitar
433 ribu Setara Barrel Minyak (SBM), maka dalam tahun terakhir Repelita
IV penggunaan panas bumi diperkirakan mencapai 1.935.676 SBM. Harga uap panas
bumi merupakan salah satu faktor yang
akan menentukan perkembangan sumber daya energi ini di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar