Kamis, 10 Mei 2012

Minyak Bumi, Gas Bumi dan Panas Bumi



Cadangan minyak dan gas bumi mengandung pengertian di­namis. Di satu pihak besarnya cadangan bertambah dari waktu ke waktu karena adanya tambahan cadangan dan penemuan baru dan juga sebagai hasil dari kegiatan "enhanced oil recovery" (EOR). Di lain pihak, pengurangan cadangan terjadi sejalan dengan laju produksi. Hasil-hasil yang dicapai dalam kegiatan eksplorasi dan EOR selama Repelita IV mengakibatkan adanya peningkatan, sehingga cadangan sumber daya minyak bumi yang tersedia dewasa ini diperkirakan mencapai sebesar 50 milyar barrel, tersimpan di dalam 60 cekungan, sedangkan cadangan gas bumi yang terbukti dan potensial dewasa ini diperkirakan sebesar 97 trilyun standar kaki kubic (TSCF).
Penurunan produksi dan ekspor minyak bumi yang terjadi pada tahun 1986/87 dan berlanjut pada tahun 1988/89, disebab­kan oleh adanya pembatasan kuota oleh OPEC terhadap produksi minyak anggota-anggotanya sebagai akibat kelesuan pasaran minyak bumi internasional. Apabila pada awal Repelita IV pro­duksi minyak bumi dan kondensat mencapai 532,2 juta barrel, atau rata-rata 1,45 juta barrel per hari, maka pada. akhir Re­pelita IV produksi minyak bumi dan kondensat Indonesia diper­kirakan hanya sebesar 511,0 juta barrel, atau rata-rata 1,4 juta barrel per hari.

Masalah utama yang dihadapi selama Repelita IV adalah keadaan pasar minyak bumi yang tidak menentu. Keadaan ini mengakibatkan antara lain turunnya volume ekspor minyak bumi   dan kondensat. Apabila pada awal Repelita IV volume ekspor mencapai 343,6 juta barrel, maka pada akhir tahun Repe­lita  IV, volume ekspor diperkirakan hanya mencapai 276,3 juta barrel.
Kebutuhan bahan bakar minyak dalam negeri selama Repe­lita IV menunjukkan peningkatan yang berarti. Apabila kebu­tuhan BBM dalam negeri tahun 1984/85 adalah sebesar 25,6 juta kiloliter, maka dalam tahun terakhir Repelita IV kebutuhan tersebut diperkirakan mencapai jumlah 27,9 juta kiloliter. Pemasaran atau distribusi gas minyak cair (LPG) dalam negeri selama Repelita IV juga mengalami kenaikan yang tajam. Jumlah pemasaran LPG di dalam negeri dalam tahun pertama Repelita IV adalah 117,6 ribu ton dan dalam tahun terakhir Repelita IV diperkirakan mencapai 288,0 ribu ton.
Produksi gas bumi selama Repelita IV mengalami kenaikan rata-rata 3,9% setiap tahun, yaitu dari 4.241 juta kaki kubik  per hari (MMSCFD) pada tahun 1984/85 menjadi 4.931 MMSCFD     pada akhir Repelita IV.
Sesuai dengan peningkatan produksinya pemanfaatan gas bumi mengalami peningkatan yang cukup berarti. Apabila peman­faatan gas bumi pada tahun pertama Repelita IV adalah sebesar 1,4 trilyun standar kaki kubik (TSCF), maka pemanfaatan gas bumi pada tahun terakhir Repelita IV diduga mencapai 1,6  trilyun standar kaki kubik (TSCF).
Text Box: 109Selama Repelita IV gas bumi dipergunakan sebagai bahan  baku oleh pabrik besi baja dan pabrik pupuk, sebagai sumber energi oleh pabrik semen, pusat pembangkit tenaga listrik,  kilang  minyak dan gas kota serta sebagai sumber bahan baku

dan energi oleh kilang gas alam cair (LNG) dan kilang gas minyak cair (LPG).
Pemanfaatan gas bumi berupa LNG dan LPG meningkat dengan peningkatan kapasitas kilang LNG Arun (Aceh) dari 5 train menjadi 6 train dan kilang LNG Badak (Kalimantan Timur) dari 4 train menjadi 5 train. Train ke-6 kilang LNG Arun telah se­lesai dibangun dan beroperasi pada akhir tahun 1986, sedang- kan train ke-5 kilang LNG Badak diperkirakan akan berproduksi pada awal Repelita V. Pada akhir Repelita IV potensi produksi kilang LNG sebagai hasil peningkatan efisiensi kilang diper­kirakan mencapai 20 juta ton per tahun.
Eksplorasi panas bumi yang dilakukan sampai tahun ter­akhir Repelita IV sudah menghasilkan sebanyak 58 sumur. Po­tensi sumber daya panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 10.000 Mega Watt electric (MWe), sedangkan yang sudah dikem­bangkan dalam bentuk pusat pembangkit tenaga listrik baru se­besar 142,25 MW.
Dengan selesainya pusat listrik tenaga panas bumi (PLTP) Kamojang unit 2 dan 3 (2 x 55 MW) pada tahun 1987/88, maka penggunaan uap untuk PLTP meningkat dengan tajam. Apabila penggunaan uap panas bumi pada awal Repelita IV baru sekitar  433 ribu Setara Barrel Minyak (SBM), maka dalam tahun terakhir Repelita IV penggunaan panas bumi diperkirakan mencapai 1.935.676 SBM. Harga uap panas bumi merupakan salah satu   faktor yang akan menentukan perkembangan sumber daya energi   ini di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar